Sabtu, 18 Desember 2010

INDAHNYA DUNIA

Tretes: “Puncaknya” Surabaya

tretes1
Dalam waktu sebulan kunjungan saya ke Surabaya yang panas, dua kali saya mendapat kesempatan menikmati udara segar di tempat pelesiran yang sudah amat terkenal seantero Surabaya, Tretes. Jika Jakarta punya Puncak, Surabaya pun punya Tretes.
Perjalanan ke Tretes menempuh waktu kurang lebih satu jam dengan kondisi jalan normal. Maklum saja, perjalanan ke sana mesti melewati kawah lumpur Lapindo. Dan jika sedang musim hujan, lumpur yang sudah dibendung dalam tanggul darurat yang amat sangat besar itu, meluber ke jalanan. Jika sudah demikian, dipastikan Jalan Raya Porong macet total.
Beruntung saat saya beranjak “ke atas”, demikian istilah orang-orang Surabaya, cuaca sedang cerah. Jadilah perjalanan cukup lancar, meskipun sempat tersendat beberapa menit di bottle neck dekat tanggul. Sekarang memang mau tak mau rute ke Malang dan jalur selatan lainnya harus melewati tanggul itu. Dulu, kita masih bisa melaju di jalan tol hingga keluar di Gempol. Tapi sekarang jalan itu sudah terendam lumpur dan tak mungkin dilalui.

Memasuki daerah Pandaan, udara segar mulai terasa. Lalu lintas masih sangat ramai, karena jalur ini masih merupakan jalur utama menuju kota-kota lain di Selatan dan Timur Surabaya. Mengarah ke Tretes, masih di Pandaan, berdiri megah di sana salah satu peninggalan Kerajaan Singasari, Candi Jawi. Masih menjulang dan terlihat bersih.
Selayaknya jalan di pegunungan, jalur Tretes juga berkelok dan menanjak. Tapi tak setajam kelokan di Puncak. Dua gunung yang menaungi tempat wisata ini adalah Gunung Welirang dan Gunung Arjuno. Keduanya akan terlihat jelas di pagi hari, lalu menyurut oleh kabut di penggalan siang.
Tretes, seperti layaknya wilayah pelesiran, bertebaran berbagai hotel, motel dan vila yang disewakan. Mau yang bintang empat sampai yang kelas rumah-rumah sederhana ada di sana. Penjaja vila sangat atraktif menawarkan pada hampir semua pengendara. Saat saya ke sana, mobil yang saya tumpangi tiba-tiba dikejar oleh seorang pengendara sepeda motor. Laki-laki berwajah lokal dan tiba mendekat ke kaca jendela, lalu berteriak, “Vila..Vila..” Aduuuuuuuh. Coba kalau sang supir kaget dan injak rem mendadak atau banting setir kan bisa bahaya. Lambaian tangan sekali rupanya tidak cukup sebagai isyarat mereka. Kami yang di mobil harus bilang tidak jika ingin mereka menyingkir.
Beberapa lokalikasi ataupun wisma yang menyewakan sekaligus dengan pekerja seks komersialnya juga bertebaran di sini. Maklumlah di sana memang dingin dan merupakan tempat pelesiran, tak heran lokalisasi pun buka cabang di sini.
Soal makanan, yang banyak dijual di sana adalah sate kelinci, bakso, dan jagung bakar. Hmm..makanan khas wilayah pegunungan kan? Sedap sekali jika disantap saat malam menjelang. Bergelung dengan penghangat tubuh sambil menikmati di warung kecil sambil berbincang dengan kawan-kawan, cukup membuat relung-relung yang pepat mulai sedikit terbuka.
Oh iya, ada juga wana wisata air terjun Kakek Bodo di Tretes. Air terjun ini sebenarnya adalah jalur pendakian Gunung Arjuno. Jika weekend, tempat ini ramai sekali dikunjungi. Jika Anda penyuka ketenangan, janganlah datang saat hari libur. Kebanyakan yang ke sini adalah rombongan anak-anak muda yang menikmati pelesiran.
Bagi saya, keindahan Tretes terletak di jauhnya dari keriuhan kota. Apalagi jika melewatkan suatu sore memandang kokohnya pegunungan dirundung kabut sambil menikmati secangkir teh hangat. Tanpa kebisingan, hanya kesegaran udara yang tak bisa lagi dinikmati di perkotaan. Wuihhhh, indahnya dunia….
tretes2
Inilah Tretes….dan saya, ketika mengabadikan panoramanya di suatu senja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar